Bali,1 Juli 2011
Hari ini adalah perjalanan terakhir saya jelajah ke Bali. Pagi-pagi sudah bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan menuju Jambe Budaya. Dimana tempat tersebut adalah untuk melihat pertunjukan warisan budaya yaitu Tari Barong.
Tari Barong adalah tarian khas Bali yang berasal dari khazanah kebudayaan Pra-Hindu. Tarian ini menggambarkan pertarungan antara kebajikan (dharma) dan kebatilan (adharma). Wujud kebajikan dilakonkan oleh Barong, yaitu penari dengan kostum binatang berkaki empat, sementara wujud kebatilan dimainkan oleh Rangda, yaitu sosok yang menyeramkan dengan dua taring runcing di mulutnya.
Ada beberapa jenis Tari Barong yang biasa ditampilkan di Pulau Bali, di antaranya Barong Ket, Barong Bangkal (babi), Barong Macan, Barong Landung. Namun, di antara jenis-jenis Barong tersebut yang paling sering menjadi suguhan wisata adalah Barong Ket, atau Barong Keket yang memiliki kostum dan tarian cukup lengkap.
Kostum Barong Ket umumnya menggambarkan perpaduan antara singa, harimau, dan lembu. Di badannya dihiasi dengan ornamen dari kulit, potongan-potongan kaca cermin, dan juga dilengkapi bulu-bulu dari serat daun pandan. Barong ini dimainkan oleh dua penari (juru saluk/juru bapang): satu penari mengambil posisi di depan memainkan gerak kepala dan kaki depan Barong, sementara penari kedua berada di belakang memainkan kaki belakang dan ekor Barong.
Secara sekilas, Barong Ket tidak jauh berbeda dengan Barongsai yang biasa dipertunjukkan oleh masyarakat Cina. Hanya saja, cerita yang dimainkan dalam pertunjukan ini berbeda, yaitu cerita pertarungan antara Barong dan Rangda yang dilengkapi dengan tokoh-tokoh lainnya, seperti Kera (sahabat Barong), Dewi Kunti, Sadewa (anak Dewi Kunti), serta para pengikut Rangda.
Urutan Cerita.
TARI BARONG DAN KRIS
Tari barong menggambarkan pertarungan antara kabajikan melawan kebatilan, Barong adalah binatang purbakala melukiskan kebajikan dan rangda adalah binatang purbakala yang maha dahsyat menggambarkan kebatilan.
GENDING PEMBUKAAN
Barong dan kera sedang berada di dalam hutan yang lebat. Kemudian munculah tiga orang bertopeng menggambarkan tiga orang yang sedang membuat tuak di tengah-tengah hutan, yang mana anaknya telah dimakan oleh harimau. Ketiga orang itu sangat marah dan menyerang harimau (barong) itu dan dalam pekelahian ini hidung diantara salah seorang dari tiga orang itu digigit oleh kera tadi.
BABAK PERTAMA
Dua orang penari muncul dan mereka adalah pengikut-pengikut dari rangda sedang mencari pengikut dewi kunti yang sedang dalam perjalanan untuk menemui patihnya
BABAK KEDUA
Pengikut-pengikut dewi kunti tiba, Salah seorang dari pengikut randa berubah rupa menjadi setan (semacam rangda) dan memasuki roh jahat kepada pengikut dewi kunti yang menyebabkan mereka bisa menjadi marah. Keduanya menemui patih dan bersama-sama menghadapi dewi kunti.
BABAK KETIGA
Munculah dewi kunti dan anaknya sadewa dan dewi kunti telah berjanji kepada rangda untuk menyerahkan sadewa menjadi korban. Sebenarnya dewi kunti tidak sampai hati mengorbankan anaknya sadewa kepada rangda tetapi setan (semacam rangda) memasuiki roh jahat kepadanya yang menyebabkan dewi kunti bisa menjadi marah dan tetap berniat mengorbankan anaknya kepada patihnya untuk membuang sadwa ke dalam hutan dan patih inipun tidak luput dari kemasukan roh jahat oleh setan itu sehingga sang patih dengan tiada perasaan kemanusiaan, menggiring sadwa ke dalam hutan dan mengikatnya dimuka istana sang rada.
BABAK KEEMPAT
Turunlah dewa siwa dan memberikan keabadian hidup kepada sadewa dan kejadian ini tidak diketahui oleh randa. Dan kemudian datanglah rangda untuk mengoyak-ngoyak dan membunuh sadwa tetapi tidak dapat dibunuhnya karena kekebalan yang dianugerahkan oleh dewa siwa. Rangda menyerah kepada sadewa dan memohon untuk diselamatkan agar dengan demikian dia bisa masuk surga. Permintaan ini dipenuhi oleh sadewa. Sang Rangda mendapatkan sorga.
BABAK KELIMA
Kilika salah seorang pengikut rangda menghadap kepada sadewa untuk diselamatkan juga tetapi ditolak oleh sadewa. Penolakan ini menimbulkan perkelahian dan kalika merubah rupa menajdi babi hutan dan didalam pertarungan antara sadewa melawan babi hutan sadewa mendapatkan kemenangan. Kemudian kalika (babi hutan) ini berubah menjadi burung tetapi tetap dikalahkan.
Dan akhirnya (burung) berubah rupa lagi menjadi rangda oleh karena saktinya rangda ini maka sadewa tidak dapat membunuhnya dan akhirnya sadewa berubah rupa menjadi barong karena sama saktinya maka pertarungan antara barong melawan rangda ini tidak ada yang menang dan dengan demikian pertarungan dan perkelahian ini berlangsung terus abadi kebajikan melawan kebatilan. Kemudian muncullah pengikut-pengikut barong masing-masing dengan kerisnya yang hendak menolong barong dalam pertarungan melawan rangda. Mereka ini semuanyapun tidak berhasil melumpuhkan kesaktian sang randa.
Bagi pengujung, maaf saya tidak bisa menampilkan gambarnya, namun saya ada video yang saya ambil kemarin. nanti bisa dilihat di You Tube.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar