Senin, 05 September 2011

Keraton Yogyakarta Menggelar Tradisi Grebeg Syawal

Keraton Yogyakarta menggelar tradisi Grebeg Syawal, Rabu (31/8). Upacara yang bertepatan 1 Syawal 1432 Hijriah ini, merupakan grebeg kedua yang diadakan tahun ini, setelah Grebeg Mulud.

Grebeg Syawal ini dimulai dengan prosesi, dimana Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hadiwinoto menyerahkan Gunungan Kakung yang tersusun dari beragam sayuran dan hasil bumi kepada Gusti Bendoro Pangeran Haryo (GBPH) H Yudaningrat.

Setelah itu, sebanyak 10 bergodo atau prajurit keraton yang dipimpin GBPH H Yudaningrat mengawal gunungan tersebut keluar keraton. Gunungan tersebut dibawa menuju Masjid Gedhe Keraton dan didoakan.

Gunungan kemudian dibawa menuju Alun-alun Utara. Ketika tiba ditempat ini, gunungan disambut tembakan salvo. Prosesi selanjutnya yang selalu ditunggu-tunggu masyarakat Yogya, yakni memperebutkan hasil bumi yang ada di Gunungan Lanang.

Masyarakat percaya, bila berhasil mendapatkan isi dari gunungan tersebut, akan mendapatkan berkah dan rezeki, sebab gunungan dipercaya sebagai simbol kemakmuran dan kesejahteraan.

Ritual grebeg dalam setahun hanya dilakukan sebanyak tiga kali. Grebeg pertama adalah Grebeg Mulud, memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW sebagai akhir dari pesta rakyat, Sekaten. Kemudian Grebeg Syawal atau Grebeg Pasa, sebagai ungkapan terimakasih karena telah berhasil menjalankan ibadah puasa dan bertepatan dengan 1 Syawal. Terakhir adalah Grebeg Besar yang bertepatan dengan 10 Dzulhijjah atau Idul Adha.

Tradisi grebeg ini tak terlepas dari masuknya pengaruh Islam di tanah Jawa. Hanya pada ritual grebeg inilah rakyat bisa menyaksikan kesepuluh prajurit keraton dari dekat, terutama saat mereka mengawal gunungan. (*)

Tidak ada komentar: