Minggu, 11 September 2011

Gereja Blenduk


Semarang telah menjadi stategis di wilayah pesisir utara Pulau Jawa, Sejak penjajahan Belanda baik sebagai Kota Perdagangan maupun ibukota Pemerintahan Kolonila Belanda. Peninggalan Belanda berupa Gedung- gedung tua di sudut kota masih tetap berdiri kokoh hingga sekarang. Di antaranya ada yang difungsikan sebagai hotel, rumah tinggal dan perkantoran perusahaan Jawatan. Di sekitar Johar Gedung-gedung tua tersebut jumlahnya cukup banyak hingga disebut sebgai kawasan kota lama. Antara lain Gereja Blenduk, Stasiun Kereta Api Tawang, Gereja Gedangan, Nilmij, Taman Sri Gunting, Marba, Marabunta dan De Spiegel.Kawasan Kota lama telah direvitalisasi dan dijadikan kawasan cagar budaya. Bangunan – bangunan kuno yang ada dilindungi. Agar kawasan ini tidak banjir dan rob air laut, Pemerintah Kota Semarang telah membangun kolam retensi tawang yang berfungsi sebagai polder pengendali banjir. Di kawasan ini wisatawan dapat menyaksikan peninggalan pusat perdagangan pada jaman dulu. Terletak di Jalan Letjen Soeprapto kurang lebih 3 Km dari arah timur, dibuka untuk umum setiap hari .

Gereja Blenduk Terletak di Jalan Letjen Suprapto No.32. merupakan bangunan yang memiliki gaya arsitektur Phantheon didirikan pada tahun 1753 sebagai gereja pertama di Semarang dan dipugar tahun 1894 oleh arsitek Belanda bernama HPA de Wilde dan Westmaas . Disebut Gereja Blenduk karena bentuk kubahnya yang seperti irisan bola, sehingga orang mengatakan “mblenduk”. Bangunannya berbentuk segidelapan beraturan (hexagonal) dengan keunikan interiornya . Sebagai salah satu bangunan kuno di lingkungan Kota Lama yang banyak dikunjungi wisatawan dan sampai sekarang merupakan tempat ibadah

Tidak ada komentar: