A. Pengertian Persiapan
Mendaki gunung diperlukan persiapan yang cukup. Seringkali kegiatan latihan fisik tidak disiapkan dengan baik. Dalam mendaki gunung ditentukan oleh faktor ekstern dan intern. Kebugaran fisik mutlak diperlukan. Pendaki gunung legendaris asal Inggris, Sir George Leigh Mallory, kerap menjawab pendek pertanyaan mengapa ia begitu “tergila-gila” naik gunung. “Because it is there,” ujarnya. Jawaban itu menggambarkan betapa luas pengalamannya mendaki gunung dan bertualang.
Selain jawaban teersebut, masih banyak alasan mengapa seseorang mendaki gunung atau menggeluti kegiatan petualangan lainnya. Mereka punya alasan lebih panjang dari Mallory. Dalam halaman awal buku pegangan petualangan yang dimiliki seluruh anggotanya tertulis, “Nasionalisme tidak dapat tumbuh dari slogan atau indoktrinasi. Cinta tanah air hanya tumbuh dari melihat langsung alam dan masyarakatnya. Untuk itulah kami naik gunung”.
Bagaimanapun, gunung dengan rimba liar, tebing terjal, udara dingin, kencangnya angin yang menusuk hingga tulang, malam yang gelap dan kabut yang pekat bukanlah habitat manusia modern. Bahaya yang dikandung alam itu akan menjadi semakin besar bila pendaki gunung tidak membekali diri dengan peralatan, kekuatan fisik, pengetahuan tentang alam, dan navigasi yang baik. Tanpa persiapan yang baik, naik gunung tidak bermakna apa-apa.
Bila pendaki tidak mempersiapkan pendakian, maka dia hanya memperbesar bahaya subyektif. Misalnya, bahaya kedinginan karena pendaki tidak membawa jaket tebal atau tenda untuk melawan dinginnya udara dan kencangnya angin. Tidak bisa ditawar, mendaki gunung adalah kegiatan fisik berat. Karena itu, kebugaran fisik adalah hal mutlak. Untuk berjalan dan menarik badan dari rintangan dahan atau batu, otot kaki dan tangan harus kuat.
Untuk menahan beban ransel, otot bahu harus kuat. Daya tahan (endurance) amat diperlukan karena dibutuhkan perjalanan berjam-jam hingga hitungan hari untuk bisa tiba di puncak. Bila tidak biasa berolahraga, calon pendaki sebaiknya melakukan jogging dua atau tiga kali seminggu, dilakukan dua hingga tiga minggu sebelum pendakian. Mulailah jogging tanpa memaksa diri, misalnya cukup 30 menit dengan lari-lari santai.
Tingkatkan waktu dan kecepatan jogging secara bertahap pada kesempatan berikutnya. Bila kegiatan itu terasa membosankan, dapat diselingi dengan berenang. Dua olahraga itu sangat bermanfaat meningkatkan endurance dan kapasitas maksimum paru-paru menyedot oksigen (Volume O2 maximum/VO2 max). Latihan push up, sit up, pull up sebaiknya juga dilakukan untuk memperkuat otot-otot.
Terkadang, karena sangat semangat pendaki kerap kali ingin segera mencapai puncak, apalagi bila kegiatan itu dilakukan berkelompok. Persaingan untuk berjalan paling cepat, paling depan, dan menjadi orang pertama memijak puncak, sebaiknya ditinggalkan. Mendaki gunung yang baik justru melangkah perlahan dalam langkah-langkah kecil dan dalam irama tetap. Dengan berjalan seperti itu, pendaki dapat mengatur napas, dan menggunakan tenaga seefisien mungkin.
Bagaimanapun mendaki merupakan pekerjaan melelahkan. Selain itu, keindahan alam dan kebersamaan dalam rombongan, sering menggoda pendaki untuk banyak berhenti dan beristirahat di tengah jalan. Bila dituruti terus, bukan tidak mungkin pendakian malah gagal mencapai puncak. Karena itu, cobalah membuat target pendakian. Misalnya, harus berjalan nonstop selama satu jam, lalu istirahat 10 menit, kembali mendaki selama satu jam dan seterusnya. Lakukan hal ini hingga mencapai puncak atau hari telah sore untuk berkemah.
Pada medan perjalanan yang landai, target waktu seperti itu dapat diganti dengan target tempat. Caranya, tentukanlah titik-titik target di peta sebagai titik beristirahat.
Buatlah jadwal rencana kegiatan sehingga waktu yang tersedia digunakan seefektif mungkin dalam bergiat di alam. Jadwal itu memungkinkan pendaki menghitung berapa banyak makanan, pakaian, peralatan harus dibawa, dan dana yang harus disiapkan. Jadwal itu antara lain mencakup keberangkatan, jadwal dan rute pendakian, kapan tiba di puncak, jadwal dan rute pulang, dan seterusnya.
Jadwal pendakian perhari dapat lebih dirinci dengan berapa jam jatah pendakian, pukul berapa dimulai dan kapan berhenti serta seterusnya. Untuk menghindari beban bawaan terlalu berat, hindari membawa barang-barang yang tidak perlu. Misalnya, cukup membawa baju dan celana tiga atau empat stel meski pendakian memerlukan waktu cukup lama. Satu stel pakaian dikenakan saat berangkat dari rumah hingga kaki gunung dan saat pulang. Satu stel sebagai baju lapangan saat mendaki.
Satu stel yang lain sebagai baju kering yang digunakan saat berkemah. Rain coat dan payung dapat dicoret dari barang bawaan bila telah membawa ponco. Bila telah membawa lilin, cukup membawa batu batere seperlunya untuk menyalakan senter dalam keadaan darurat. Piring dapat ditinggal di rumah karena wadah makanan dapat menggunakan rantang memasak atau cangkir.
Bila barang perlengkapan telah terkumpul, masukkan semua ke dalam ransel. Jangan biarkan ada sejumlah barang seperti cangkir atau sandal diikat di lua ransel. Selain tidak sedap dipandang, risiko hilang selama pendakian, sangat besar. Meski demikian, ada beberapa barang yang ditolerir bila ditaruh di luar ransel dan diikat dengan tali webbing ransel. Misalnya, matras karet dan tiang tenda.
Namun, yakinkan, semua telah diikat dengan kencang. Menaruh barang di dalam ransel amat berbeda dengan cara memasukkan buku-buku pelajaran dalam daypack (ransel kecil yang biasa digunakan ke sekolah). Buku pelajaran, baju praktikum, kalkulator dapat kita cemplungkan begitu saja ke dalam daypack. Sebaliknya, barang-barang pendakian harus dimasukkan dalam ransel dengan aturan tertentu sehingga mengurangi rasa sakit saat memanggul dan menghindari ruang kosong dalam ransel.
B. Hal-Hal Yang Harus Dipersiapkan Dalam Mendaki Gunung
Berikut adalah contoh hal-hal yang harus diperhatikan dalam mempersiapkan pendakian:
1. Perencanaan pendakian
Hal hal yang perlu diperhatikan dlm perencanaan pendakian:
a. Mengenali kemampuan diri dalam tim dalam menghadapi medan
b. Mempelajari medan yang akan ditempuh
c. Teliti rencana pendakian dan rute yang akan ditempuh secermat mungkin
d. Pikirkan waktu yangdigunakan dalam pendakian
e. Periksa segala perlengkapan yang akan dibawa
2. Peralatan perjalanan
3. Makanan
4. Kemampuan fisik dan mental
5. Pengetahuan Pendakian
6. Administrasi
Surat-menyurat yang diperlukan dalam perjalanan kegiatan alam bebas antara lain:
a. Surat pengantar dari lembaga terkait, misalnya surat tugas dari Dekanat atau Rektorat
b. Surat ijin kegiatan ( Kepolisian dan Sospol )
c. Surat ijin masuk kawasan
7. Anggaran Biaya
Anggaran biaya harus dirinci secara detail, maka diperlukan salah satu tim yang bisa mengatur keluar masuknya uang. Selain pemasukan dan pengeluaran perlu dicantumkan juga dana tidak terduga.
8. Packing
Kenyamanan membawa ransel juga tergantung pada pengepakan barang di dalamnya. Ada beberapa prinsip yang harus dipegang dalam pengepakan, yaitu:
a. Letakkan barang-barang yang berat di bagian atas dan barang-barang yang ringan di bagian bawah, ini penting dilakukan agar berat seluruh beban jatuh di pundak, bukan di pinggang atau punggung. Bagilah berat itu secara merata di sebelah kiri dan kanan, jangan menyiksa salah satu bahu dengan berat yang tak seimbang.
b. Letakkan barang-barang yang dibutuhkan dalam perjalanan di bagian atas. Sedapat mungkin kelompokkan barang-barang tersebut menurut fungsinya, lalu letakkan bersama-sama menurut tingkat kebutuhannya.
c. Barang-barang yang diperlukan paling akhir (misalnya peralatan kemping dan tidur), ditaruh di bagian bawah dan barang yang sering dikeluar-masukkan (seperti jaket, jas hujan, botol air) di bagian atas.
d. Jangan biarkan ada ruang kosong dalam ransel. Contoh, manfaatkan bagian dalam panci sebagai tempat menyimpan beras. Untuk itu, langkah pertama mengepak perlengkapan pendakian adalah mengelompokkan barang menurut jenis, seperti:
a) Pakaian dan kantung tidur
b) Alat memasak
c) Tenda
d) Makanan
e) Bungkus kelompok-kelompok barang itu dalam kantong-kantong plastik agar mudah dicari. Sebagian besar pendaki menganggap, mengepak barang merupakan seni tersendiri dan kerap mengasyikkan.
C. Skenario Operasi
Yang dicantumkan dalam scenario operasi adalah:
1. Peta Lintasan
Peta ini memberikan informasi tentang jalur lintasan yang digunakan, shelter peristirahatan dan tempat camp. Dicantumkan juga tempat dimana terdapat sumber air, daerah-daerah yang berbahaya dan kendala-kendala yang mungkin terjadi selama perjalanan.
2. Jalur Evaluasi
Jalur evaluasi adalah jalur yang digunakan untuk membawa korban apabila terjadikecelakaan dalam kegiatan alam bebas. Dimana jalur tersebut dapat ditempuh dalam waktu sesingkat mungkin mencapai tempat penanganan selanjutnya terhadap korban.
3. Perhitungan Waktu
Berdasarkan peta lintasan dibuat rincian waktu yang digunakan selama perjalanan dimulai dari berangkat, kembali dan lama perjalanan. Diperhitungksn juga waktu istirahat dan camp.
D. Perlengkapan Pendakian
Dalam mendaki gunung atau menjelajah alam, pelaku juga harus memasak, makan, tidur, dan membersihkan diri. Semua dilakukan sendiri. Untuk itu, pendaki tidak dapat menghindari barang bawaan yang relatif banyak dan berat. Perlengkapan seorang pendaki berupa sepatu, baju dan celana, jaket, ponco atau rain coat, dan ransel.
1. Peralatan jalan
a. Sepatu
Sepatu mendaki yang baik selain melindungi kaki dari luka, juga harus nyaman saat dipakai meski membawa beban berat di medan licin, berbatu-batu, dan curam. Jenis sepatu boot paling cocok untuk kegiatan ini, karena melindungi pergelangan hingga mata kaki dari kemungkinan terkilir. Pilihlah sol sepatu dengan kembang besar, ceruk yang dalam dan memiliki tumit. Sol seperti ini memungkinkan pemakai dapat mencengkeram permukaan meski kondisinya ekstrim (curam, licin, atau berbatu-batu).
Hal yang harus diperhatikan dalam memilih sepatu:
a) Mempunyai kegunaan sesuai dengan kebutuhan perjalanan.
b) Sesuai dengan bentuk dan ukuran kaki.
c) Harus kuat untuk pemakaian yang berat.
Untuk medan gunung hutan diperlukan sepatu yang memiliki:
a) Melindungi telapak kaki sampai mata kaki.
b) Kulit tebal, tidak mudah sobek.
c) Lunak bagian dalam, masih memberikan ruang bagi gerak kaki.
d) Keras bagian depannya, untuk melindungi jari kaki (tidak dianjurkan memakai sepatu pekerja tambang, yang bagian depan sepatu sangat keras karena dilapisi dengan besi, selain berat juga akan merusak jari kaki jika ada perubahan suhu).
e) Bentuk sol bawahnya harus dapat menggigit tanah ke segala arah dan cukup kuat.
f) Ada lubang ventilasi, yang bersekat halus sehingga air dan udara lewat untuk pernafasan kulit telapak kaki.
b. Kaus Kaki
Hal yang perlu diperhatikan adalah kaus kaki harus dapat menyerap keringat. Gunanya aialah untuk:
a) Melindungi kulit kaki dari pergesekan dengan kulit sepatu.
b) Menjaga agar kulit kita tetap dapat bernafas.
c) Menjaga agar kaki tetap hangat pada daerah yang dingin.
c. Pakaian Jalan
Pakaian ideal saat mendaki di gunung tropis adalah yang relatif tebal dan menyerap keringat, celana yang tidak kaku dan ringan guna melindungi kaki dari goresan duri. Baju dari katun atau wool cukup ideal. Sayang bila telah basah, katun tidak mampu menghangatkan badan. Baju dari bahan sintetis semisal polyesters dan acrylics sedikit menyerap keringat tetapi cepat kering.
Sementara bahan nilon sebaiknya tidak digunakan karena tidak menyerap keringat sehingga keringat akan tetap menempel di badan. Sebaliknya, nylon amat baik menahan hujan, sehingga banyak digunakan sebagai ponco. Saat mendaki, hindari pemakaian pakaian berbahan jeans. Bahan ini sukar kering dan berat saat basah. Bila mendaki medan yang dirimbuni pepohonan atau semak tinggi, di mana terpaan angin tidak kencang, hindari mengenakan jaket saat berjalan. Selain menahan keringat menempel di badan, jaket juga membuat tubuh merasa gerah karena selama berjalan suhu tubuh meningkat akibat pembakaran zat makanan untuk menghasilkan energi.
Pada saat istirahat, di sela pendakian, pembakaran berkurang. Dinginnya temperatur di pegunungan dan hembusan angin maka pendaki akan menghadapi perbedaan drastis temperatur. Oleh karena itu, saat beristirahat, sebaiknya pendaki mengenakan jaket atau sweater tebal. Bila beristirahat saat hujan, sebaiknya mengganti baju jalan yang basah dengan baju kering. Jaket sebaiknya digunakan menahan dingin di puncak atau di lokasi kemping saat akitivitas tidak segiat saat berjalan. Pilihlah jaket yang berbahan isian (down jacket). Jaket jenis ini cukup tebal dan penahan dingin yang baik.
Kelemahannya, relatif berat dan memakan banyak tempat dalam ransel. Jaket lain sebaiknya dibawa adalah yang memiliki dua lapisan (double layer). Lapisan dalam biasanya berbahan penghangat dan menyerap keringat seperti wool atau polartex, sedang lapisan luar berfungsi menahan air dan angin. Kini, teknologi tekstil sudah mampu memroduksi Gore-tex, bahan jaket yang nyaman dipakai saat mendaki. Bahan itu memungkinkan kulit tetap “bernapas”, tidak gerah, mengeluarkan uap keringat, mampu menahan angin (wind breaking) dan resapan air hujan (water proof). Sayang, bahan ini masih mahal, rata-rata berharga di atas Rp 1 juta.
Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih pakaian:
a) Kuat dan lembut.
b) Ringan.
c) Tidak mengganggu gerakan jahitannya cukup longgar.
d) Praktis.
e) Terbuat dari bahan yang menyerap keringat.
f) Mudah kering, bila basah tidak menambah berat.
d. Topi Lapangan
Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih topi:
a) Melindungi kepala dari kemungkinan akibat duri.
b) Melindungi kepala dari hujan, terutama kepala bagian belakang.
c) Harus kuat dan tidak mudah robek, untuk medan gunung hutan dianjurkan memakai topi rimba atau semacam topi Jepang.
e. Sarung Lapangan
Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih sarung lapangan:
a) Sebaiknya terbuat dari kulit.
b) Bentuknya sesuai dengan tangan kita.
c) Tidak kaku, artinya tidak menghalangi gerakan tangan.
f. Ikat Pinggang
Pilihlah yang terbuat dari bahan yang kuat, dengan kepala yang tidak terlalu besar tetapi teguh. Selain menjaga agar celana tidak kendur, juga untuk meletakan alat-alat yang perlu cepat dijangkau seperti pisau pinggang, tempat air minum, tempat alat-alat PPPK, dll.
g. Ransel atau Carrier
Perlengkapan vital pendakian lainnya adalah ransel. Kini banyak jenis ransel-terutama berangka dalam-dijual di pasaran. Fungsi rangka selain menyangga badan ransel tetap tegak, mencegah barang di dalamnya bergeser, dan menjaga jarak antara punggung pemakai dari ransel. Akibatnya, barang-barang keras yang dibawa tidak menyakitkan. Ransel yang baik dilengkapi tali pengatur sabuk penggendok atau sandang bahu, sandang pinggang, atau sabuk pinggang. Sabuk dan tali pengatur itu akan membuat pemakainya nyaman memanggul ransel beserta isinya.
Bila pendaki ingin membawa barang bawaan ke bahu dan punggung, kencangkan tali pengatur sandang bahu dan longgarkan sabuk pinggang. Sebaliknya, bila beban ingin ditopang punggung dan pinggang, kencangkan tali sabuk pinggang dan kendorkan tali sandang bahu. Ransel berdisain baik, bila rangka bagian bawah, saat dipakai, ada di sekitar pinggang sedang lengkungan rangka atas sesuai lengkungan tulang punggung pemakai. Ransel yang memiliki beberapa kantung di penutup atau badan, memiliki banyak keuntungan.
Barang-barang kecil seperti botol air minum, jaket, atau kamera yang sering dikeluar-masukkan selama pendakian, dapat ditaruh di situ. Dengan demikian, pendaki tidak perlu membuka-tutup dan mengacak-acak isi ruang utama ransel.
Oleh karena itu, pilihlah ransel berbahan nilon atau kanvas. Nilon selain kedap air juga ringan. Sebaliknya, kanvas relatif berat terutama pada waktu basah. Akan tetapi, kanvas lebih kuat terhadap goresan.
Hal yang harus diperhatikan dalam memilih carrier:
a) Ringan, Sejauh mungkin tidak merupakan tambahan beban yang berlebihan, terbuat dari bahan yang water proof.
b) Kuat, harus mampu membawa beban dengan aman, berdaya tahan tinggi, tidak mudah robek, jahitannya tidak mudah lepas, zippernya cukup kokoh.
c) Nyaman dipakai, dianjurkan agar memakai ransel yang mempunyai rangka, agar berat beban merata dan seimbang. Selain itu juga membuat kenyamanan karena adanya ventilasi antara tubuh/punggung dengan ransel.
d) Praktis, kantung-kantung tambahan serta pembagian ruangan akan memudahkan untuk mengambil barang-barang tertentu.
h. Peralatan navigasi.
i. Lampu Senter.
j. Peluit.
k. Pisau.
2. Peralatan tidur.
a. Satu set pakaian tidur.
b. Kaus kaki untuk tidur.
c. Sleeping bag.
d. Matras.
e. Tenda/ ponco/ flysheet untuk bivouac.
3. Perlengkapan masak dan makan.
a. Alat-alat makan.
b. Alat pembuat api (lilin, spirtus, dll).
c. Kantung air atau tempat air.
4. Perencanaan perbekalan makanan (Logistik).
Dua unsur gizi merupakan sumber tenaga paling utama adalah hidrat arang dan zat lemak. Hidrat arang memegang peranan penting, sebab jumlah tenaga yang dihasilkan pada waktu pembakaran tubuh per liter oksigen jauh lebih besar daripada jumlah tenaga yang dihasilkan dari pembakaran zat lemak. Pembakaran lemak menjadi kalori juga berjalan lambat, sehingga ada baiknya memakan makanan yang mengandung banyak lemak pada pagi hari agar menghasilkan kalori ketika dibutuhkan di siang hari. Makanan itu misalnya lemak daging, mentega, keju, kuning telur, kacang dan lain-lain. Karbohidrat dapat diperoleh antara lain dari beras, susu, gula-gula, coklat dan sebagainya.
Adapun protein, untuk pendaki gunung sebaiknya tidak disuguhkan dalam kadar yang tinggi. Protein yang berlebihan menyebabkan ammonia dan asam amino banyak tertimbun di dalam darah sehingga cepat menimbulkan rasa lelah. Amonia dan asam amino yang berlebihan tadi menyebabkan banyak kencing, sehingga cairan banyak yang hilang. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi (kehilangan cairan pada sel-sel tubuh) dan lejar panas (heat exhaustion). Proses pembakaran protein oleh tubuh pun hanya memberikan energy kurang dari 10 persen dari yang kita butuhkan. Protein antara lain dihasilkan oleh daging, ikan, ayam, putih telur dan sebagainya.
Dalam perencanaan perjalanan, perencanaan perbekalan merupakan salah satu hal yang perlu mendapat perhatian khusus. Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a. Lamanya perjalanan yang akan dilakukan.
b. Aktifitas apa saja yang akan dilakukan.
c. Keadaaan medan yang akan dihadapi (terjal, sering hujan, dsb).
Sehubungan dengan keadaan diatas, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam merencanakan perjalanan, yaitu:
a. Cukup mengandung kalori dan mempunyai komposisi gizi yang memadai.
b. Terlindung dari kerusakan, tahan lama, dan mudah menanganinya.
c. Sebaiknya makanan yang siap saji atau tidak perlu dimasak terlalu lama, irit air dan bahan bakar.
d. Ringan, mudah didapat.
Untuk dapat merencanakan komposisi bahan makanan agar sesuai dengan syarat-syarat diatas, kita dapat mengkajinya dengan langkah-langkah berikut :
a. Dengan informasi yang cukup lengkap, perkirakan kondisi medan, aktifitas tubuh yang perlukan, dan lamanya waktu. Perhitungkan jumlah kalori yang diperlukan.
b. Susun daftar makanan yang memenuhi syarat diatas, kemudian kelompokan menurut komposisi dominan. Hidrat arang, ptotein, lemak, hitung masing-masing kalori totalnya (setelah siap dimakan).
c. Perhitungan untuk vitamin dan mineral dapat dilakukan terakhir, dan apabila ada kekurangan dapat ditambah tablet vitamin dan mineral secukupnya.
sumber: http://safetymountaineering.blogspot.com/
Mendaki gunung diperlukan persiapan yang cukup. Seringkali kegiatan latihan fisik tidak disiapkan dengan baik. Dalam mendaki gunung ditentukan oleh faktor ekstern dan intern. Kebugaran fisik mutlak diperlukan. Pendaki gunung legendaris asal Inggris, Sir George Leigh Mallory, kerap menjawab pendek pertanyaan mengapa ia begitu “tergila-gila” naik gunung. “Because it is there,” ujarnya. Jawaban itu menggambarkan betapa luas pengalamannya mendaki gunung dan bertualang.
Selain jawaban teersebut, masih banyak alasan mengapa seseorang mendaki gunung atau menggeluti kegiatan petualangan lainnya. Mereka punya alasan lebih panjang dari Mallory. Dalam halaman awal buku pegangan petualangan yang dimiliki seluruh anggotanya tertulis, “Nasionalisme tidak dapat tumbuh dari slogan atau indoktrinasi. Cinta tanah air hanya tumbuh dari melihat langsung alam dan masyarakatnya. Untuk itulah kami naik gunung”.
Bagaimanapun, gunung dengan rimba liar, tebing terjal, udara dingin, kencangnya angin yang menusuk hingga tulang, malam yang gelap dan kabut yang pekat bukanlah habitat manusia modern. Bahaya yang dikandung alam itu akan menjadi semakin besar bila pendaki gunung tidak membekali diri dengan peralatan, kekuatan fisik, pengetahuan tentang alam, dan navigasi yang baik. Tanpa persiapan yang baik, naik gunung tidak bermakna apa-apa.
Bila pendaki tidak mempersiapkan pendakian, maka dia hanya memperbesar bahaya subyektif. Misalnya, bahaya kedinginan karena pendaki tidak membawa jaket tebal atau tenda untuk melawan dinginnya udara dan kencangnya angin. Tidak bisa ditawar, mendaki gunung adalah kegiatan fisik berat. Karena itu, kebugaran fisik adalah hal mutlak. Untuk berjalan dan menarik badan dari rintangan dahan atau batu, otot kaki dan tangan harus kuat.
Untuk menahan beban ransel, otot bahu harus kuat. Daya tahan (endurance) amat diperlukan karena dibutuhkan perjalanan berjam-jam hingga hitungan hari untuk bisa tiba di puncak. Bila tidak biasa berolahraga, calon pendaki sebaiknya melakukan jogging dua atau tiga kali seminggu, dilakukan dua hingga tiga minggu sebelum pendakian. Mulailah jogging tanpa memaksa diri, misalnya cukup 30 menit dengan lari-lari santai.
Tingkatkan waktu dan kecepatan jogging secara bertahap pada kesempatan berikutnya. Bila kegiatan itu terasa membosankan, dapat diselingi dengan berenang. Dua olahraga itu sangat bermanfaat meningkatkan endurance dan kapasitas maksimum paru-paru menyedot oksigen (Volume O2 maximum/VO2 max). Latihan push up, sit up, pull up sebaiknya juga dilakukan untuk memperkuat otot-otot.
Terkadang, karena sangat semangat pendaki kerap kali ingin segera mencapai puncak, apalagi bila kegiatan itu dilakukan berkelompok. Persaingan untuk berjalan paling cepat, paling depan, dan menjadi orang pertama memijak puncak, sebaiknya ditinggalkan. Mendaki gunung yang baik justru melangkah perlahan dalam langkah-langkah kecil dan dalam irama tetap. Dengan berjalan seperti itu, pendaki dapat mengatur napas, dan menggunakan tenaga seefisien mungkin.
Bagaimanapun mendaki merupakan pekerjaan melelahkan. Selain itu, keindahan alam dan kebersamaan dalam rombongan, sering menggoda pendaki untuk banyak berhenti dan beristirahat di tengah jalan. Bila dituruti terus, bukan tidak mungkin pendakian malah gagal mencapai puncak. Karena itu, cobalah membuat target pendakian. Misalnya, harus berjalan nonstop selama satu jam, lalu istirahat 10 menit, kembali mendaki selama satu jam dan seterusnya. Lakukan hal ini hingga mencapai puncak atau hari telah sore untuk berkemah.
Pada medan perjalanan yang landai, target waktu seperti itu dapat diganti dengan target tempat. Caranya, tentukanlah titik-titik target di peta sebagai titik beristirahat.
Buatlah jadwal rencana kegiatan sehingga waktu yang tersedia digunakan seefektif mungkin dalam bergiat di alam. Jadwal itu memungkinkan pendaki menghitung berapa banyak makanan, pakaian, peralatan harus dibawa, dan dana yang harus disiapkan. Jadwal itu antara lain mencakup keberangkatan, jadwal dan rute pendakian, kapan tiba di puncak, jadwal dan rute pulang, dan seterusnya.
Jadwal pendakian perhari dapat lebih dirinci dengan berapa jam jatah pendakian, pukul berapa dimulai dan kapan berhenti serta seterusnya. Untuk menghindari beban bawaan terlalu berat, hindari membawa barang-barang yang tidak perlu. Misalnya, cukup membawa baju dan celana tiga atau empat stel meski pendakian memerlukan waktu cukup lama. Satu stel pakaian dikenakan saat berangkat dari rumah hingga kaki gunung dan saat pulang. Satu stel sebagai baju lapangan saat mendaki.
Satu stel yang lain sebagai baju kering yang digunakan saat berkemah. Rain coat dan payung dapat dicoret dari barang bawaan bila telah membawa ponco. Bila telah membawa lilin, cukup membawa batu batere seperlunya untuk menyalakan senter dalam keadaan darurat. Piring dapat ditinggal di rumah karena wadah makanan dapat menggunakan rantang memasak atau cangkir.
Bila barang perlengkapan telah terkumpul, masukkan semua ke dalam ransel. Jangan biarkan ada sejumlah barang seperti cangkir atau sandal diikat di lua ransel. Selain tidak sedap dipandang, risiko hilang selama pendakian, sangat besar. Meski demikian, ada beberapa barang yang ditolerir bila ditaruh di luar ransel dan diikat dengan tali webbing ransel. Misalnya, matras karet dan tiang tenda.
Namun, yakinkan, semua telah diikat dengan kencang. Menaruh barang di dalam ransel amat berbeda dengan cara memasukkan buku-buku pelajaran dalam daypack (ransel kecil yang biasa digunakan ke sekolah). Buku pelajaran, baju praktikum, kalkulator dapat kita cemplungkan begitu saja ke dalam daypack. Sebaliknya, barang-barang pendakian harus dimasukkan dalam ransel dengan aturan tertentu sehingga mengurangi rasa sakit saat memanggul dan menghindari ruang kosong dalam ransel.
B. Hal-Hal Yang Harus Dipersiapkan Dalam Mendaki Gunung
Berikut adalah contoh hal-hal yang harus diperhatikan dalam mempersiapkan pendakian:
1. Perencanaan pendakian
Hal hal yang perlu diperhatikan dlm perencanaan pendakian:
a. Mengenali kemampuan diri dalam tim dalam menghadapi medan
b. Mempelajari medan yang akan ditempuh
c. Teliti rencana pendakian dan rute yang akan ditempuh secermat mungkin
d. Pikirkan waktu yangdigunakan dalam pendakian
e. Periksa segala perlengkapan yang akan dibawa
2. Peralatan perjalanan
3. Makanan
4. Kemampuan fisik dan mental
5. Pengetahuan Pendakian
6. Administrasi
Surat-menyurat yang diperlukan dalam perjalanan kegiatan alam bebas antara lain:
a. Surat pengantar dari lembaga terkait, misalnya surat tugas dari Dekanat atau Rektorat
b. Surat ijin kegiatan ( Kepolisian dan Sospol )
c. Surat ijin masuk kawasan
7. Anggaran Biaya
Anggaran biaya harus dirinci secara detail, maka diperlukan salah satu tim yang bisa mengatur keluar masuknya uang. Selain pemasukan dan pengeluaran perlu dicantumkan juga dana tidak terduga.
8. Packing
Kenyamanan membawa ransel juga tergantung pada pengepakan barang di dalamnya. Ada beberapa prinsip yang harus dipegang dalam pengepakan, yaitu:
a. Letakkan barang-barang yang berat di bagian atas dan barang-barang yang ringan di bagian bawah, ini penting dilakukan agar berat seluruh beban jatuh di pundak, bukan di pinggang atau punggung. Bagilah berat itu secara merata di sebelah kiri dan kanan, jangan menyiksa salah satu bahu dengan berat yang tak seimbang.
b. Letakkan barang-barang yang dibutuhkan dalam perjalanan di bagian atas. Sedapat mungkin kelompokkan barang-barang tersebut menurut fungsinya, lalu letakkan bersama-sama menurut tingkat kebutuhannya.
c. Barang-barang yang diperlukan paling akhir (misalnya peralatan kemping dan tidur), ditaruh di bagian bawah dan barang yang sering dikeluar-masukkan (seperti jaket, jas hujan, botol air) di bagian atas.
d. Jangan biarkan ada ruang kosong dalam ransel. Contoh, manfaatkan bagian dalam panci sebagai tempat menyimpan beras. Untuk itu, langkah pertama mengepak perlengkapan pendakian adalah mengelompokkan barang menurut jenis, seperti:
a) Pakaian dan kantung tidur
b) Alat memasak
c) Tenda
d) Makanan
e) Bungkus kelompok-kelompok barang itu dalam kantong-kantong plastik agar mudah dicari. Sebagian besar pendaki menganggap, mengepak barang merupakan seni tersendiri dan kerap mengasyikkan.
C. Skenario Operasi
Yang dicantumkan dalam scenario operasi adalah:
1. Peta Lintasan
Peta ini memberikan informasi tentang jalur lintasan yang digunakan, shelter peristirahatan dan tempat camp. Dicantumkan juga tempat dimana terdapat sumber air, daerah-daerah yang berbahaya dan kendala-kendala yang mungkin terjadi selama perjalanan.
2. Jalur Evaluasi
Jalur evaluasi adalah jalur yang digunakan untuk membawa korban apabila terjadikecelakaan dalam kegiatan alam bebas. Dimana jalur tersebut dapat ditempuh dalam waktu sesingkat mungkin mencapai tempat penanganan selanjutnya terhadap korban.
3. Perhitungan Waktu
Berdasarkan peta lintasan dibuat rincian waktu yang digunakan selama perjalanan dimulai dari berangkat, kembali dan lama perjalanan. Diperhitungksn juga waktu istirahat dan camp.
D. Perlengkapan Pendakian
Dalam mendaki gunung atau menjelajah alam, pelaku juga harus memasak, makan, tidur, dan membersihkan diri. Semua dilakukan sendiri. Untuk itu, pendaki tidak dapat menghindari barang bawaan yang relatif banyak dan berat. Perlengkapan seorang pendaki berupa sepatu, baju dan celana, jaket, ponco atau rain coat, dan ransel.
1. Peralatan jalan
a. Sepatu
Sepatu mendaki yang baik selain melindungi kaki dari luka, juga harus nyaman saat dipakai meski membawa beban berat di medan licin, berbatu-batu, dan curam. Jenis sepatu boot paling cocok untuk kegiatan ini, karena melindungi pergelangan hingga mata kaki dari kemungkinan terkilir. Pilihlah sol sepatu dengan kembang besar, ceruk yang dalam dan memiliki tumit. Sol seperti ini memungkinkan pemakai dapat mencengkeram permukaan meski kondisinya ekstrim (curam, licin, atau berbatu-batu).
Hal yang harus diperhatikan dalam memilih sepatu:
a) Mempunyai kegunaan sesuai dengan kebutuhan perjalanan.
b) Sesuai dengan bentuk dan ukuran kaki.
c) Harus kuat untuk pemakaian yang berat.
Untuk medan gunung hutan diperlukan sepatu yang memiliki:
a) Melindungi telapak kaki sampai mata kaki.
b) Kulit tebal, tidak mudah sobek.
c) Lunak bagian dalam, masih memberikan ruang bagi gerak kaki.
d) Keras bagian depannya, untuk melindungi jari kaki (tidak dianjurkan memakai sepatu pekerja tambang, yang bagian depan sepatu sangat keras karena dilapisi dengan besi, selain berat juga akan merusak jari kaki jika ada perubahan suhu).
e) Bentuk sol bawahnya harus dapat menggigit tanah ke segala arah dan cukup kuat.
f) Ada lubang ventilasi, yang bersekat halus sehingga air dan udara lewat untuk pernafasan kulit telapak kaki.
b. Kaus Kaki
Hal yang perlu diperhatikan adalah kaus kaki harus dapat menyerap keringat. Gunanya aialah untuk:
a) Melindungi kulit kaki dari pergesekan dengan kulit sepatu.
b) Menjaga agar kulit kita tetap dapat bernafas.
c) Menjaga agar kaki tetap hangat pada daerah yang dingin.
c. Pakaian Jalan
Pakaian ideal saat mendaki di gunung tropis adalah yang relatif tebal dan menyerap keringat, celana yang tidak kaku dan ringan guna melindungi kaki dari goresan duri. Baju dari katun atau wool cukup ideal. Sayang bila telah basah, katun tidak mampu menghangatkan badan. Baju dari bahan sintetis semisal polyesters dan acrylics sedikit menyerap keringat tetapi cepat kering.
Sementara bahan nilon sebaiknya tidak digunakan karena tidak menyerap keringat sehingga keringat akan tetap menempel di badan. Sebaliknya, nylon amat baik menahan hujan, sehingga banyak digunakan sebagai ponco. Saat mendaki, hindari pemakaian pakaian berbahan jeans. Bahan ini sukar kering dan berat saat basah. Bila mendaki medan yang dirimbuni pepohonan atau semak tinggi, di mana terpaan angin tidak kencang, hindari mengenakan jaket saat berjalan. Selain menahan keringat menempel di badan, jaket juga membuat tubuh merasa gerah karena selama berjalan suhu tubuh meningkat akibat pembakaran zat makanan untuk menghasilkan energi.
Pada saat istirahat, di sela pendakian, pembakaran berkurang. Dinginnya temperatur di pegunungan dan hembusan angin maka pendaki akan menghadapi perbedaan drastis temperatur. Oleh karena itu, saat beristirahat, sebaiknya pendaki mengenakan jaket atau sweater tebal. Bila beristirahat saat hujan, sebaiknya mengganti baju jalan yang basah dengan baju kering. Jaket sebaiknya digunakan menahan dingin di puncak atau di lokasi kemping saat akitivitas tidak segiat saat berjalan. Pilihlah jaket yang berbahan isian (down jacket). Jaket jenis ini cukup tebal dan penahan dingin yang baik.
Kelemahannya, relatif berat dan memakan banyak tempat dalam ransel. Jaket lain sebaiknya dibawa adalah yang memiliki dua lapisan (double layer). Lapisan dalam biasanya berbahan penghangat dan menyerap keringat seperti wool atau polartex, sedang lapisan luar berfungsi menahan air dan angin. Kini, teknologi tekstil sudah mampu memroduksi Gore-tex, bahan jaket yang nyaman dipakai saat mendaki. Bahan itu memungkinkan kulit tetap “bernapas”, tidak gerah, mengeluarkan uap keringat, mampu menahan angin (wind breaking) dan resapan air hujan (water proof). Sayang, bahan ini masih mahal, rata-rata berharga di atas Rp 1 juta.
Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih pakaian:
a) Kuat dan lembut.
b) Ringan.
c) Tidak mengganggu gerakan jahitannya cukup longgar.
d) Praktis.
e) Terbuat dari bahan yang menyerap keringat.
f) Mudah kering, bila basah tidak menambah berat.
d. Topi Lapangan
Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih topi:
a) Melindungi kepala dari kemungkinan akibat duri.
b) Melindungi kepala dari hujan, terutama kepala bagian belakang.
c) Harus kuat dan tidak mudah robek, untuk medan gunung hutan dianjurkan memakai topi rimba atau semacam topi Jepang.
e. Sarung Lapangan
Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih sarung lapangan:
a) Sebaiknya terbuat dari kulit.
b) Bentuknya sesuai dengan tangan kita.
c) Tidak kaku, artinya tidak menghalangi gerakan tangan.
f. Ikat Pinggang
Pilihlah yang terbuat dari bahan yang kuat, dengan kepala yang tidak terlalu besar tetapi teguh. Selain menjaga agar celana tidak kendur, juga untuk meletakan alat-alat yang perlu cepat dijangkau seperti pisau pinggang, tempat air minum, tempat alat-alat PPPK, dll.
g. Ransel atau Carrier
Perlengkapan vital pendakian lainnya adalah ransel. Kini banyak jenis ransel-terutama berangka dalam-dijual di pasaran. Fungsi rangka selain menyangga badan ransel tetap tegak, mencegah barang di dalamnya bergeser, dan menjaga jarak antara punggung pemakai dari ransel. Akibatnya, barang-barang keras yang dibawa tidak menyakitkan. Ransel yang baik dilengkapi tali pengatur sabuk penggendok atau sandang bahu, sandang pinggang, atau sabuk pinggang. Sabuk dan tali pengatur itu akan membuat pemakainya nyaman memanggul ransel beserta isinya.
Bila pendaki ingin membawa barang bawaan ke bahu dan punggung, kencangkan tali pengatur sandang bahu dan longgarkan sabuk pinggang. Sebaliknya, bila beban ingin ditopang punggung dan pinggang, kencangkan tali sabuk pinggang dan kendorkan tali sandang bahu. Ransel berdisain baik, bila rangka bagian bawah, saat dipakai, ada di sekitar pinggang sedang lengkungan rangka atas sesuai lengkungan tulang punggung pemakai. Ransel yang memiliki beberapa kantung di penutup atau badan, memiliki banyak keuntungan.
Barang-barang kecil seperti botol air minum, jaket, atau kamera yang sering dikeluar-masukkan selama pendakian, dapat ditaruh di situ. Dengan demikian, pendaki tidak perlu membuka-tutup dan mengacak-acak isi ruang utama ransel.
Oleh karena itu, pilihlah ransel berbahan nilon atau kanvas. Nilon selain kedap air juga ringan. Sebaliknya, kanvas relatif berat terutama pada waktu basah. Akan tetapi, kanvas lebih kuat terhadap goresan.
Hal yang harus diperhatikan dalam memilih carrier:
a) Ringan, Sejauh mungkin tidak merupakan tambahan beban yang berlebihan, terbuat dari bahan yang water proof.
b) Kuat, harus mampu membawa beban dengan aman, berdaya tahan tinggi, tidak mudah robek, jahitannya tidak mudah lepas, zippernya cukup kokoh.
c) Nyaman dipakai, dianjurkan agar memakai ransel yang mempunyai rangka, agar berat beban merata dan seimbang. Selain itu juga membuat kenyamanan karena adanya ventilasi antara tubuh/punggung dengan ransel.
d) Praktis, kantung-kantung tambahan serta pembagian ruangan akan memudahkan untuk mengambil barang-barang tertentu.
h. Peralatan navigasi.
i. Lampu Senter.
j. Peluit.
k. Pisau.
2. Peralatan tidur.
a. Satu set pakaian tidur.
b. Kaus kaki untuk tidur.
c. Sleeping bag.
d. Matras.
e. Tenda/ ponco/ flysheet untuk bivouac.
3. Perlengkapan masak dan makan.
a. Alat-alat makan.
b. Alat pembuat api (lilin, spirtus, dll).
c. Kantung air atau tempat air.
4. Perencanaan perbekalan makanan (Logistik).
Dua unsur gizi merupakan sumber tenaga paling utama adalah hidrat arang dan zat lemak. Hidrat arang memegang peranan penting, sebab jumlah tenaga yang dihasilkan pada waktu pembakaran tubuh per liter oksigen jauh lebih besar daripada jumlah tenaga yang dihasilkan dari pembakaran zat lemak. Pembakaran lemak menjadi kalori juga berjalan lambat, sehingga ada baiknya memakan makanan yang mengandung banyak lemak pada pagi hari agar menghasilkan kalori ketika dibutuhkan di siang hari. Makanan itu misalnya lemak daging, mentega, keju, kuning telur, kacang dan lain-lain. Karbohidrat dapat diperoleh antara lain dari beras, susu, gula-gula, coklat dan sebagainya.
Adapun protein, untuk pendaki gunung sebaiknya tidak disuguhkan dalam kadar yang tinggi. Protein yang berlebihan menyebabkan ammonia dan asam amino banyak tertimbun di dalam darah sehingga cepat menimbulkan rasa lelah. Amonia dan asam amino yang berlebihan tadi menyebabkan banyak kencing, sehingga cairan banyak yang hilang. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi (kehilangan cairan pada sel-sel tubuh) dan lejar panas (heat exhaustion). Proses pembakaran protein oleh tubuh pun hanya memberikan energy kurang dari 10 persen dari yang kita butuhkan. Protein antara lain dihasilkan oleh daging, ikan, ayam, putih telur dan sebagainya.
Dalam perencanaan perjalanan, perencanaan perbekalan merupakan salah satu hal yang perlu mendapat perhatian khusus. Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a. Lamanya perjalanan yang akan dilakukan.
b. Aktifitas apa saja yang akan dilakukan.
c. Keadaaan medan yang akan dihadapi (terjal, sering hujan, dsb).
Sehubungan dengan keadaan diatas, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam merencanakan perjalanan, yaitu:
a. Cukup mengandung kalori dan mempunyai komposisi gizi yang memadai.
b. Terlindung dari kerusakan, tahan lama, dan mudah menanganinya.
c. Sebaiknya makanan yang siap saji atau tidak perlu dimasak terlalu lama, irit air dan bahan bakar.
d. Ringan, mudah didapat.
Untuk dapat merencanakan komposisi bahan makanan agar sesuai dengan syarat-syarat diatas, kita dapat mengkajinya dengan langkah-langkah berikut :
a. Dengan informasi yang cukup lengkap, perkirakan kondisi medan, aktifitas tubuh yang perlukan, dan lamanya waktu. Perhitungkan jumlah kalori yang diperlukan.
b. Susun daftar makanan yang memenuhi syarat diatas, kemudian kelompokan menurut komposisi dominan. Hidrat arang, ptotein, lemak, hitung masing-masing kalori totalnya (setelah siap dimakan).
c. Perhitungan untuk vitamin dan mineral dapat dilakukan terakhir, dan apabila ada kekurangan dapat ditambah tablet vitamin dan mineral secukupnya.
sumber: http://safetymountaineering.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar