Rabu, 26 Januari 2011

Petualangan Veri Keliling Jogja

Wisata Kota Jogja
Benteng Vrederburg
Bi belakang Monumen Serangan Umum 1 Maret terdapat sebuah benteng kuno yang bernama Benteng Vredeburg. Benteng ini sengaja didirikan oleh penjajah Belanda untuk mengamankan pemerintahannya dengan seorang Gubernur Hindia Belanda yang bertempat tinggal di Gedung Gubernuran (Gedung Agung sekarang). Dalam benteng ini sebuah meriam dipasang, diarahkan ke Kraton Yogyakarta, untuk berjaga jaga, siapa tahu kasultanan yang mempunyai prajurit sendiri itu sewaktu waktu memberikan perlawanan, memberontak terhadap Belanda, memang ditahun 1949 kekawatiran demikian benar terjadi, karena dalam kraton Yogyakarta berkumpul para gerilyawan kita, namun meriam itu tidak berbicara apa apa. Benteng ini merupakan salah satu bukti sejarah masa lampau. Oleh karena itu kini dipelihara dengan baik sebagai bangunan bersejarah. Namun karena bangunannya berujud rumah yang cukup besar, maka setelah dipugar dijadikan museum yang berisikan diorama perjuangan bangsa Indonesia.

Jalan Malioboro

MALIOBORO adalah pusat pertokoan pertama dan utama di Jogja hingga saat ini. Sejak awal keberadaannya pada akhir abad 19, Malioboro tidak pernah surut perkembangannya. Seburuk-buruknya kondisi ekonomi di dalam negeri, tidak pernah membuat perdagangan di Malioboro menjadi surut. Kebangkrutan yang dialami oleh para pedagangnya lebih disebabkan oleh kekalahan dalam bersaing dengan para pendatang baru yang kreatif dan agresif.
Tahun 1992 dibuka pusat belanja MALIOBORO MALL di tengah-tengah Malioboro. Meskipun mengundang pro dan kontra pada awalnya, mall pertama di Jogja itu kini menjadi salah satu tempat belanja favorit di Malioboro. Beberapa tahun kemudian sebuah toko besar yang sudah cukup lama terkenal di Malioboro, Toko Ramai, mengembangkan diri menjadi RAMAI MALL.
Malioboro saat ini bukan lagi sekedar pusat pertokoan tetapi juga menjadi pusat kaki lima paling mahal di Jogja. Sewa kapling kaki lima yang rata-rata hanya seluas satu meter persegi sudah mencapai lebih dari 20 juta rupiah per tahun.
Soal apa saja yang diperdagangkan, sulit menyebutkan berapa ribu jenis produk dijual di Malioboro. Sama sulitnya dengan menyebutkan apa yang tidak dijual di tempat ini.
Kotagede
Kotagede merupakan sebuah kecamatan yang letaknya kurang lebih 5 Kilometer sebelah tenggara dari pusat Kota Yogyakarta. Kotagede terkenal karena kerajinan peraknya. Aneka perhiasan seperti cincin, gelang, kalung, aksesoris yang terbuat dari bahan perak bisa didapatkan disini. Selain berbelanja perak, anda juga dapat menikmati jajanan khas kotagede seperti Yangko, Kipo, dll yang dapat dijadikan sebagai oleh-oleh. Di Kotagede juga terdapat tempat peristirahatan terakhir raja-raja kerjaan Mataram.
Kraton

Bicara tentang Jogja, tentu tidak pernah terlepas dari yang namanya Kraton Jogja. Kraton menghadap ke arah Utara, pada poros Utara Selatan di antara Gunung Merapi dengan Pantai Selatan. Di dalam halaman inti Kraton dapat dilihat tempat tinggal Sri Sultan yang biasa digunakan untuk tempat menerima tamu kehormatan dan menyelenggarakan pesta. Kompleks Kraton Yogyakarta dapat dikunjungi oleh masyarakat umum mulai pukul 07.00 hingga pukul 13.00 setiap harinya.

Masjid Agung

Terletak di sebelah Barat Alun-alun Utara Yogyakarta yang hingga kini masihdipergunakan untuk tempat beribadah sehari-hari bagi umat Islam. Di hari-hari besar Islam ,masjid ini dipergunakan sebagai tempat penyelenggaraan upacara-upacara resmi keagamaan Islam dari Kraton Yogyakarta.Masjid Agung Yogyakarta memiliki gaya bangunan jawa yang spesifik, utamanya dalam bentuk atapnya yang disamping unik juga indah menyerupai masjid Agung Kadilangu yang dibangun oleh Sunan Kalijaga (salah seorang wali sango di kota antik Demak)Di sayap Timur bagian depan dari Istana ini dipergunakan sebagai Museum Puro Pakualaman dengan mempergunakan 4 buah ruangan, yang dapat dikunjungi masyarakat setiap hari Senin dan Kamis antara pukul 11.00 hingga 13.00. Dalam Museum ini tersimpan benda-benda bersejarah yang memiliki nilai Budaya tinggi, dan merupakan tinggalan masa silam dari keluarga Paku Alam.

Puro Pakualaman

Puro Pakualaman merupakan tempat tinggal Sri Pakualam yang terletak di Jalan Sultan Agung. Sebagai salah satu tempat yang istimewa di DIY, Puro Pakualaman juga digunakan untuk menerima tamu - tamu negara yang berkunjung ke Jogja. Empat ruangan di sayap timur bagian depan istana dipergunakan sebagai Museum Puro Pakualaman yang menyimpan benda - benda bersejarah peninggalan keluarga Paku Alam yang terbuka untuk umum dari hari Senin hingga Kamis pukul 07.00 sampai 13.00

Upacara Sekaten

Sekaten merupakan upacara pendahuluan dari peringatan hari kelahiran Nabi Besar Muhammad. Diselenggarakan pada tanggal 5 hingga tanggal 12 dari bulan yang sama. Pada masa-masa permulaan perkembangan agama Islam di Jawa, salah seorang dari Wali Songo, yaitu Sunan Kalijogo,mempergunakan instrumen musik Jawa Gamelan, sebagai sarana untuk memikat masyarakat luas agar datang untuk menikmati pergelaran karawitannya. Untuk tujuan itu dipergunakan 2 perangkat gamelan, yang memiliki laras swara yang merdu. Kyai Nogowilogo dan Kyai Gunturmadu. Disela- sela pergelaran, kemudian dilakukan khotbah dan pembacaan ayat-ayat suci dari Kitab Al-Quran. Bagi mereka yang bertekad untuk memeluk agama Islam, diwajibkan mengucapkan kalimat Syahadat,sebagai pernyataan taat kepada ajaran agama Islam. Istilah Syahadat ; yang diucapkan sebagai Syahadatain; ini kemudian berangsur- angsur berubah dalam pengucapannya, sehingga menjadi ; Syakatain; dan pada akhirnya menjadi istilah ; Sekaten ;hingga sekarang. Pada tanggal 5 bulan Maulud, kedua perangkat gamelan, Kyai Nogowilogo dan Kyai Guntur madu, dikeluarkan dari tempat penyimpanannya dibangsal Sri Manganti, ke Bangsal Ponconiti yang terletak di Kemandungan Utara (Keben) dan pada sore harinya mulai dibunyikan di tempat ini. Antara pukul 23.00 hingga pukul 24.00 ke dua perangkat gamelan tersebut dipindahkan kehalaman Masjid Agung Yogyakarta, dalam suatu iring-iringan abdi dalem jajar, disertai pengawal prajurit Kraton berseragam lengkap.Pada umumnya , masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya berkeyakinan bahwa dengan turut berpartisipasi merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad S.AW. ini yang bersangkutan akan mendapat imbalan pahala dari Yang Maha Kuasa, dan dianugrahi awet muda. Bagi para petani, dalam kesempatan ini memohon pula agar panenannya yang akan datang berhasil. Untuk memperkuat tekatnya ini, mereka memberi cambuk/pecut yang dibawanya pulang. Selama lebih kurang satu bulan sebelum upacara Sekaten dimulai, Pemerintah Kota Yogyakarta, memerintahkan perayaan ini dengan pasar malam, yang diselenggarakan di Alun-alun Utara Yogyakarta.
Wisata Alam di Jogja

Informasi Hotel-hotel http://www.agoda.web.id/asia/indonesia/yogyakarta.html

Tidak ada komentar: