Rabu, 26 Januari 2011

Petualangan Veri ke Istana Siak

Jelajah ke Kerajaan Siak Sri Inderapura

Menghargai Peninggalan Sejarah Bercorak Islam

Perawang, Minggu 26 Mei 2007 aku sudah mempunyai keinginan untuk jelajah ke Siak. Penjelajahan ke Siak ini adalah penjelajahan yang ke delapan kali. Penjelajahan petama menggunakan sepeda Sentana, dengan catataan waktu 3,5 jam dengan jarak yang ditempuh kurang lebih 65 Km. Penjelajahan ke tiga dengan menggunakan sepeda Premier, dengan catatan waktu 2,5 jam. Penjelajahan ke delapan ini menggunakan sepeda Astroz dengan catatan waktu 1 jam 50 menit. Penjelajahan yang lain dengan menggunakan speed boat dan alat transportasi darat (bus). Perjalanan yang jauh perlu persiapan yang sangat matang. Mulai dari bekal dan kelayakan sepeda. Jalan yang aku lalui adalah 100% jalan aspal (onroad). Jalan halus naik turun, serta harus menyeberang menggunakan kapal Ferry. Penjelajahan ini sengaja aku tidak melakukan istirahat (non stop ‘ngawel’) karena minuman sudah didesain khusus diletakan di tas ransel. Kurang dari dua jam aku sampai di tempat ini (Istana Siak), dengan kecepatan rata2 28 km/jam dan kecepatan maksimal 65 Km/jam.

Istana Kerajaan Siak adalah sebuah kerajaan Melayu Islam yang terbesar di Daerah Riau, mencapai masa jayanya pada abad ke 16 sampai abad ke 20. Dalam silsilah Sultan-sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura dimulai pada tahun 1725 dengan 12 sultan yang pernah bertahta. Kini, sebagai bukti sejarah atas kebesaran kerajaan Melayu Islam di Daerah Riau, dapat kita lihat peninggalan kerajaan berupa kompleks Istana Kerajaan Siak yang dibangun oleh Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada tahun 1889 dengan nama ASSIRAYATUL HASYIMIAH lengkap dengan peralatan kerajaan. Sekarang Istana Kerajaan Siak Sri Indrapura dijadikan tempat penyimpanan benda-benda koleksi kerajaan antara lain : Kursi Singgasana kerajaan yang berbalut (sepuh) emas, Duplikat Mahkota Kerajaan, Brankas Kerajaan, Payung Kerajaan, Tombak Kerajaan, Komet sebagai barang langka dan menurut cerita hanya ada dua di dunia dan lain-lain. Di samping Istana kerajaan terdapat pula istana peraduan. Setelah mengunjungi kerajaan, perjalanan aku lanjutkan menuju Masjid Sultan.

Masjid Sultan (Masjid Raya) terletak sekitar 500 m di depan Istana Siak, dengan bentuk yang khas dan unik. Di dalamnya terdapat sebuah mimbar yang terbuat dari kayu berukir indah bermotifkan daun, sulur dan bunga. Di sebelah barat mesjid ini terdapat pemakaman Sultan Syarif Kasim beserta permaisuri dan istrinya yang selalu diziarahi oleh pengagumnya. Kunjunganku pun selesai di Masjid ini. Aku sempatkan untuk photo, dan segala gaya aku peragakan supaya ada kenangan. Siapa tahu saja aku tidak sempat lagi ke Siak. Matahari sudah tepat di atasku. Panas rasanya. Aku menyisir tepi sungai Siak, sambil tengok kanan dan kiri mencari minuman. Banyak sesuatu di sana yang aku temui. Aku mencoba mendekat dan mengunjungi tempat itu.

Balai Kerapatan Tinggi terletak dipinggir sungai Siak berhadapan dengan muara sungai Mempura terletak bangunan Gedung Balai Kerapatan Tinggi dengan arsitek khas dengan dua arah pintu masuk yaitu dari sungai dan dari darat (jalan raya). Bangunan ini dipergunakan untuk sidang perkara dan juga berfungsi sebagai tempat pertabalan Sultan. Gedung ini memiliki tiga tangga untuk naik ke lantai atas (lantai 2), dimana sidang selalu dlaksanakan. Tangga utama menghadap ke sungai sedangkan yang lain ke timur, gedung terbuat dari besi berbentuk spiral dan yang satunya lagi terbuat dari kayu dan terletak di sebelah barat gedung. Jika suatu perkara sudah dilakukan dan hukuman dijatuhkan, maka bagi yang kalah akan turun ke lantai dasar dengan menggunakan tangga kayu dan langsung menuju Djil (penjara) yang terletak tidak jauh dari situ. Sedangkan bagi yang menang turun melalui tangga besi dan langsung ke jalan raya. Pada saat ini untuk sementara gedung tersebut digunakan sebagai Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Siak.

Kompleks Makam Kototinggi terletak di sebelah timur Istana Siak. Makam-makan yang ada didalam kompleks ini seperti makam Sultan Syarif Hasyim dan ayahandanya beserta keluarga dan kerabat kerajaan lainnya. Kompleks makam ini berukuran 15 x 15 meter persegi. Nisan dari makam yang terdapat di sini semuanya berukiran sangat rumit dan indah terbuat dari kayu dan marmer. Di samping makam ini terletak makam pahlawan (Taman Bahagia Siak).

Kapal Kato adalah sebuah kapal besi dengan bahan bakar batu bara dimiliki oleh Sultan Siak dan selalu dinaikinya pada saat berkunjung ke daerah-daerah kekuasaannya. Kapal ini berukuran panjang 12 m dengan berat 15 ton terletak di pinggir Sungai Siak merupakan sosok monumen bersejarah yang dapat dikenang.

Usai sudah kunjunganku ke tempat ini. Karena lelah, aku mencari bus untuk pulang ke Perawang. Sepeda aku bongkar (lipat) supaya masuk kedalam bagasi bus. Ongkos yang aku keluarkan sebesar Rp 12.000,00 sampai di Perawang. Sampai di Perawang pukul 15.00.


Tidak ada komentar: